Selasa, 22 Mei 2018

Cerpen "Para Pendaki"




Di hari liburan tahun baru Riko bersama teman-temannya berencana untuk naik gunung. Mereka akhirnya pergi ke sebuah gunung yang bernama Gunung Kuro. Sebelumnya belum ada pendaki yang berani kesana karena medannya sulit dan letaknya juga terpencil. Namun Riko tetap ingin kesana karena ingin merasakan pengalaman baru untuk menaklukan medan tersebut apalagi di momen tahun baru. Beberapa temannya akhirnya mengurungkan niatnya. Akhirnya hanya dua orang temannya saja yang berani mendaki gunung tersebut bersama Riko yaitu Evan dan Yurika. Mereka pun berangkat. Sesampainya disana mereka bertemu dengan seorang penjaga di jalur pendakian tersebut. 
 
Penjaga itu melarang mereka untuk naik ke puncak karena cuaca diprediksi akan turun hujan lebat dan kabut yang tebal. Riko bersama teman-temannya hanya diperbolehkan sampai di Pos pendakian ke tiga yang dinamakan pos Cemara, selebihnya mereka tidak diperbolehkan terus naik sampai puncak.

Riko, Evan, dan Yurika akhirnya sepakat dan mereka lalu diizinkan untuk memulai pendakian. Mereka berangkat pada pagi hari. Cuaca nampak cerah, pemandangan indah yang memukau mereka semua nampak menikmati pemandangannya. Akhirnya mereka sampai di titik Pos ketiga. Karena hari sudah mulai gelap mereka pun membangun tenda dan beristirahat sejenak sambil menikmati kopi hangat dan api unggun. Dibenak Riko terdapat kekecewaan karena mereka dilarang naik ke puncak dengan alasan cuaca buruk padahal malam itu cuaca sangat cerah, selain itu jarak ke puncak gunung itu sudah semakin dekat. Akhirnya Riko mengajak teman-temannya nekad untuk naik keatas tapi Evan dan Yurika menolaknya meskipun jaraknya dekat.

Saat semuanya terlelap, Riko tetap terjaga dan penasaran ingin pergi ke puncak gunung Kuro. Riko pun memutuskan untuk tetap naik sendirian apapun yang terjadi. Dia mengambil kertas yang dibawanya dan menuliskan pesan bahwa dia akan naik sendirian dan menyuruh mereka untuk kembali turun tanpa menunggunya besok. Diam-diam kemudian Riko pergi di tengah malam dan meninggalkan teman-temannya yang tertidur lelap. Selama perjalanan keatas cuaca masih tetap cerah dan jalurnya juga tidak terlalu sulit. Dia berfikir mungkin penjaga yang dia temui itu berbohong, dan hanya ingin menakut-nakuti saja. Riko pun sampai tepat saat terbitnya matahari. 
 
Pemandangan indah yang belum pernah dia lihat sebelumnya di puncak gunung-gunung lain. Dia tampak menikmatinya sambil beristirahat di puncak gunung Kuro. Setelah puas menikmati pemandangan di puncak, Riko berencana turun menyusul teman-temannya dibawah. Saat perjalannan turun tiba-tiba cuaca berkabut dan turun hujan rintik-rintik tapi Riko sudah biasa menghadapi cuaca seperti ini dan tetap melanjutkan perjalanannya meskipun jalan sangat licin dan jarak pandang sangat terbatas. Tiba-tiba Riko terpeleset dari sebuah batu dan jatuh terkapar di tnah hingga tidak sadarkan diri.

Saat tersadar Riko berada di sebuah Rumah Sakit. Dia melihat sekeliling dan melihat beberapa orang yang nampak diam dan pucat. Riko merasa heran karena sebelumnya tidak ada rumah sakit di kaki gunung Kuro. Dia memanggil seorang perawat yang lewat untuk bertanya dimana sekarang dia dan bertanya apakah teman-temannya tahu dia disini, namun perawat itu diam tak merespon. Akhirnya datang seorang Dokter yang memeriksanya, Riko pun bertanya kepada dokter tersebut. Dokter itu mengatakan bahwa dia ditemukan tidak jauh dari puncak gunung Kuro oleh beberapa warga yang lewat. Riko heran karena saat di hutan di tidak bertemu satu orangpun disana tapi Riko berfikir mungkin ada pendaki lain yang menemukannya. 
 
Dua hari sudah Riko dirawat disana, karena Rumah Sakit itu terlihat aneh dan dia tidak nyaman lagi disana. Dia meminta dokter untuk agar segera pulang. Namun dokter tersebut melarangnya dengan alasan keadaannya belum membaik. Riko terus memaksa dan pada akhirnya dia diizinkan pulang dengan syarat diantarkan dengan ambulan. Dokter tersebut mengatakan bahwa di daerah sini jarang ada transportasi yang lewat. Riko sebenarnya tidak mau naik ambulan karena dianggap terlalu berlebihan dan mengerikan tapi mau bagaimana lagi karena hanya itu satu-satunya transportasi yang ada daripada harus terjebak di rumah sakit yang aneh tersebut. 
 
Tidak lama kemudian Riko keluar menuju mobil ambulan dengan menggunakan kursi roda yang di dorong oleh perawat perempuan yang sebelumnya dia temui bersama dokter. Sepanjang perjalanan menuju mobil ambulan beberapa pasien berbaris melihatnya sambil mengucapkan selamat tinggal. Itu tampak aneh tapi Riko tetap berfikir positif mungkin sebenarnya mereka itu orang-orang baik yang menyambut kepulangannya.

Ambulan berangkat untuk mengantarkan Riko pulang, selain para pasien dia juga melihat banyak masyarakat di tepi jalan yang menyambut ambulan tersebut. Riko semakin heran karena dulu saat melewati jalan tersebut menuju jalur pendakian, jalan ini sangat sepi tapi Riko tetap menghiraukannya. Riko mengajak ngbrol dengan supir ambulan tersebut untuk menghilangkan kebosanan di perjalanan tapi supir itu tidak meresponnya. 
 
Setelah lama kemudian ambulan itu sampai di rumahnya Riko. Riko turun dia melihat banyak orang-orang dirumahnya dengan raut wajah yang sedih. Riko berfikir mungkin mereka khawatir karena aku tidak memberi kabar mereka. Dia melihat Evan dan Yurika lalu menghampirinya tapi anehnya mereka merasa acuh dengan kehadiran Riko di depan mereka. Riko mulai sadar apa yang sebenarnya terjadi, dia lalu lari menuju rumah dan sontak dia kaget melihat dirinya kaku pucat seperti mayat. Akhirnya dia sadar bahwa selama ini dia sudah meninggal saat terpeleset di gunung Kuro.


- SELESAI -
 
By Heru AP

0 Comments

Posting Komentar