Di hari liburan tahun baru Riko bersama
teman-temannya berencana untuk naik gunung. Mereka akhirnya pergi ke sebuah
gunung yang bernama Gunung Kuro. Sebelumnya belum ada pendaki yang berani
kesana karena medannya sulit dan letaknya juga terpencil. Namun Riko tetap
ingin kesana karena ingin merasakan pengalaman baru untuk menaklukan medan
tersebut apalagi di momen tahun baru. Beberapa temannya akhirnya mengurungkan
niatnya. Akhirnya hanya dua orang temannya saja yang berani mendaki gunung
tersebut bersama Riko yaitu Evan dan Yurika. Mereka pun berangkat.
Sesampainya disana mereka bertemu dengan seorang penjaga di jalur pendakian
tersebut.
Penjaga itu melarang mereka untuk naik ke puncak karena cuaca
diprediksi akan turun hujan lebat dan kabut yang tebal. Riko bersama
teman-temannya hanya diperbolehkan sampai di Pos pendakian ke tiga yang
dinamakan pos Cemara, selebihnya mereka tidak diperbolehkan terus naik sampai
puncak.
Riko, Evan, dan Yurika akhirnya sepakat dan mereka
lalu diizinkan untuk memulai pendakian. Mereka berangkat pada pagi hari. Cuaca
nampak cerah, pemandangan indah yang memukau mereka semua nampak menikmati
pemandangannya. Akhirnya mereka sampai di titik Pos ketiga. Karena hari sudah
mulai gelap mereka pun membangun tenda dan beristirahat sejenak sambil
menikmati kopi hangat dan api unggun. Dibenak Riko terdapat kekecewaan karena
mereka dilarang naik ke puncak dengan alasan cuaca buruk padahal malam itu
cuaca sangat cerah, selain itu jarak ke puncak gunung itu sudah semakin dekat.
Akhirnya Riko mengajak teman-temannya nekad untuk naik keatas tapi Evan dan
Yurika menolaknya meskipun jaraknya dekat.
Saat semuanya terlelap, Riko tetap terjaga dan
penasaran ingin pergi ke puncak gunung Kuro. Riko pun memutuskan untuk tetap
naik sendirian apapun yang terjadi. Dia mengambil kertas yang dibawanya dan
menuliskan pesan bahwa dia akan naik sendirian dan menyuruh mereka untuk
kembali turun tanpa menunggunya besok. Diam-diam kemudian Riko pergi di tengah
malam dan meninggalkan teman-temannya yang tertidur lelap. Selama perjalanan
keatas cuaca masih tetap cerah dan jalurnya juga tidak terlalu sulit. Dia
berfikir mungkin penjaga yang dia temui itu berbohong, dan hanya ingin
menakut-nakuti saja. Riko pun sampai tepat saat terbitnya matahari.
Pemandangan
indah yang belum pernah dia lihat sebelumnya di puncak gunung-gunung lain. Dia
tampak menikmatinya sambil beristirahat di puncak gunung Kuro. Setelah puas
menikmati pemandangan di puncak, Riko berencana turun menyusul teman-temannya
dibawah. Saat perjalannan turun tiba-tiba cuaca berkabut dan turun hujan
rintik-rintik tapi Riko sudah biasa menghadapi cuaca seperti ini dan tetap
melanjutkan perjalanannya meskipun jalan sangat licin dan jarak pandang sangat
terbatas. Tiba-tiba Riko terpeleset dari sebuah batu dan jatuh terkapar di tnah
hingga tidak sadarkan diri.
Saat tersadar Riko berada di sebuah Rumah Sakit.
Dia melihat sekeliling dan melihat beberapa orang yang nampak diam dan pucat.
Riko merasa heran karena sebelumnya tidak ada rumah sakit di kaki gunung Kuro.
Dia memanggil seorang perawat yang lewat untuk bertanya dimana sekarang dia dan
bertanya apakah teman-temannya tahu dia disini, namun perawat itu diam tak
merespon. Akhirnya datang seorang Dokter yang memeriksanya, Riko pun bertanya
kepada dokter tersebut. Dokter itu mengatakan bahwa dia ditemukan tidak jauh
dari puncak gunung Kuro oleh beberapa warga yang lewat. Riko heran karena saat
di hutan di tidak bertemu satu orangpun disana tapi Riko berfikir mungkin ada
pendaki lain yang menemukannya.
Dua hari sudah Riko dirawat disana, karena
Rumah Sakit itu terlihat aneh dan dia tidak nyaman lagi disana. Dia meminta
dokter untuk agar segera pulang. Namun dokter tersebut melarangnya dengan
alasan keadaannya belum membaik. Riko terus memaksa dan pada akhirnya dia
diizinkan pulang dengan syarat diantarkan dengan ambulan. Dokter tersebut
mengatakan bahwa di daerah sini jarang ada transportasi yang lewat. Riko
sebenarnya tidak mau naik ambulan karena dianggap terlalu berlebihan dan
mengerikan tapi mau bagaimana lagi karena hanya itu satu-satunya transportasi
yang ada daripada harus terjebak di rumah sakit yang aneh tersebut.
Tidak lama
kemudian Riko keluar menuju mobil ambulan dengan menggunakan kursi roda yang di
dorong oleh perawat perempuan yang sebelumnya dia temui bersama dokter.
Sepanjang perjalanan menuju mobil ambulan beberapa pasien berbaris melihatnya
sambil mengucapkan selamat tinggal. Itu tampak aneh tapi Riko tetap berfikir
positif mungkin sebenarnya mereka itu orang-orang baik yang menyambut kepulangannya.
Ambulan berangkat untuk mengantarkan Riko pulang,
selain para pasien dia juga melihat banyak masyarakat di tepi jalan yang
menyambut ambulan tersebut. Riko semakin heran karena dulu saat melewati jalan
tersebut menuju jalur pendakian, jalan ini sangat sepi tapi Riko tetap
menghiraukannya. Riko mengajak ngbrol dengan supir ambulan tersebut untuk
menghilangkan kebosanan di perjalanan tapi supir itu tidak meresponnya.
Setelah
lama kemudian ambulan itu sampai di rumahnya Riko. Riko turun dia melihat banyak
orang-orang dirumahnya dengan raut wajah yang sedih. Riko berfikir mungkin
mereka khawatir karena aku tidak memberi kabar mereka. Dia melihat Evan dan
Yurika lalu menghampirinya tapi anehnya mereka merasa acuh dengan kehadiran
Riko di depan mereka. Riko mulai sadar apa yang sebenarnya terjadi, dia lalu
lari menuju rumah dan sontak dia kaget melihat dirinya kaku pucat seperti
mayat. Akhirnya dia sadar bahwa selama ini dia sudah meninggal saat terpeleset
di gunung Kuro.
- SELESAI -
By Heru AP
0 Comments
Posting Komentar