Kemampuan untuk mengendalikan sukma ketika suatu
permasalahan menimpa pada diri kita adalah sangat sulit dilakukan tanpa adanya
kekuatan prinsip yang bisa dipegang teguh. Kemampuan untuk mengendalikan sukma
melului prinsip Allah yang maha Esa yang seseungguhnya merupakan ‘Kekuatan
Prinsip’. Kekuatan prinsip inilah yang selanjutnya akan menentukan tindakan apa
yang diambil, jalan yang fitrah atau jalan nonfitrah. Jalan non-fitrah
cenderung menyesatkan sedangkan jalan fitrah membimbing ke arah tindakan yang
positif. Jalan fitrah adalah suatu tindakan yang dibimbing suara hati.
Oleh karena itu sangatlah penting bagi diri kita
untuk selalu membersihkan pikiran dan hati kita sehingga kita bisa memiliki
‘kekuatan prinsip’ tersebut. Untuk membersihkan hati, terlebih dahulu kita
patut membersihkan pikiran dari hal-hal yang dapat membelenggu dan membutakan
mata hati. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membersihkan noda hitam
yang membelenggu diri kita:
1. Hindari
prasangka buruk upayakanlah berprasangka baik kepada orang lain. Lingkungan
dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang. Prasangka negatif ini mengakibatkan
orang bersikap ‘defensif’ dan tertutup karena menganggap orang lain adalah
musuh yang berbahaya. Sebaliknya, orang yang memiliki prinsip, akan lebih mampu
melindungi pikiran-pikirannya. Ia akan tetap berpikir positif dan selalu
berprasangka baik kepada orang lain. Ia mendorong dan menciptakan kondisi
lingkungannya untuk Saling percaya, saling mendukung, bersikap terbuka dan
kooperatif.
2. Berprinsiplah
selalu kepada Allah SWT. Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadi yang akan membawa manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki. Berprinsip dan berpegang
kepada sesuatu yang labil niscaya akan menghasilkan sesuatu yang labil pula.
3. Bebaskan
diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berfikirlah merdeka. Pengalaman hidup dan kejadian-kejadian yang dialami sangat mempengaruhi pikiran
seseorang sehingga dapat membentuk paradigma yang melekat di dalam pikirannya.
Seringkali paradigma tersebut dijadikan sebagai suatu kaca mata dan tolak ukur
bagi dirinya sendiri bahkan untuk menilai lingkungannya. Ini akan sangat
membatasi cakrawala berpikir, dan akibatnya melihat segala sesuatu secara
subyektif, ia akan menilai segalanya berdasarkan frame berpikirnya sendiri
bukan melihat sesuatu secara riil dan objektif.
4. Dengar
suara hati, peganglah prinsip ‘karena Allah’, berpikirlah jauh ke depan sebelum menentukan kepentingan dan prioritas. Jadilah sebagai orang yang mempunyai
tujuan hidup yang jelas sehingga setiap langkah yang diambil adalah
pengjawantahan dari visinya. Rencanakan segala sesuatu secara sistematis dan
gunakanlah suara hati untuk menentukan skala prioritas.
5.
Lihatlah
semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara-suara hati yang
bersumber dari Asmaul Husna. Dalam mengambil suatu tindakan hendaknya kita
tidak hanya melihat dari satu sisi saja, tetapi semua aspek juga benar-benar
harus dipertimbangkan.
6.
Hindari
pengaruh pembanding. Periksa pikiran kita terlebih dahulu sebelum menilai
segala sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran kita, tetapi lihatlah
sesuatu karena apa adanya.
7.
Ingatlah
bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT.
Setelah proses pembersihan hati dari pikiran
negatif yang membelenggu hati kita. Insya Allah hati akan menjadi bersih dan
suara hati yang terpancar adalah semburan dari sifat-sifat Allah (Asmaul
Husna), dan juga semua tindakan yang dilakukan insyaalla hanya diniatkan
semata-mata berniat ikhlas beribadah kepada Allah. Sehingga sangatlah perlu
bagi kita untuk menjaga hati tersebut agar selalu tetap bersih, ada beberapa
langkah yang bisa diambil yaitu:
1.
Menjaga
indera (pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba)
Kita harus mampu memanfaatkan indera kita untuk mengenal kebesaran Allah
dan menyerap ilmunya, bukan dipergunakan untuk hal-hal yang berbau maksiat
kepada Allah, karena kesan negatif yang diterima oleh indera kita akan dapat
meracuni pikiran dan pada akhirnya dapat membelenggu dan membutakan hati kita.
2.
Mengingat
kebesaran Allah dengan Asmaul Husna
Sesungguhnya Asmaul Husna merupakan sumber dari suara hati manusia,
sehingga dengan selalu melafaszkan ataupun mengingat sidat-sifat tersebut kita
akan mengenali dan memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri juga
perasaan serta suara hati orang lain.
3.
Selalu
berdzikir kepada Allah
Dengan berdzikir (bertasbih, tahmid, tahlil, dan takbir) atau mengingat
kesucian nama Tuhan setiap saat akan terus membantu dan mengendalikan
kejernihan hati manusia, maka ia akan mampu melihat suatu permasalahan tanpa
disadari latar belakang, interest pembanding dari sudut pandang subyektif,
tetapi melihat sesuatu apa adanya bukan menggunakan ‘kacamata’ yang hitam tapi
dengan ‘kacamata’ yang jernih.
4.
Berusaha
shalat dengan khusyuk
Shalat merupakan salah satu kunci untuk selalu menjaga kebersihan hati
kita. Dari situlah kita saatnya berkomunikasi langsung dengan sang khalik,
Allah Yang Maha Agung. Salah satu jalan untuk dapat shalat khusyu’ adalah
berusaha untuk memahami arti dari setiap bacaan yang ada dalamnya karena itu
merupakan bentuk doa dan penyerahan diri kita kepadanya.
Jadi jelaslah bahwa pembentukan hati dan pikiran
yang jernih. Dengan itu seorang pribadi dapat menghadapi berbagai rintangan
karena mampu bersikap positif dan akan tanggap terhadap suatu peluang serta
mampu menerima pemikiran baru tanpa dipengaruhi dogma yang membelenggu. Merdeka
dalam berpikir, dan hasilnya akan tercipta pribadi-pribadi yang kreatif,
berwawasan luas, terbuka atau fleksibel, mampu berpikir jernih. Semoga hati
kita dijernihkan oleh Allah SWT. Sebening air dari mata air pegunungan sehingga
dapat menjadi orang-orang yang mempunyai karakter tersebut.
Tulisan oleh Ustd. Abdurahman Idrus Lasyarie

0 Comments
Posting Komentar