Rabu, 11 April 2018

Menjernihkan Hati Dalam Islam




Kemampuan untuk mengendalikan sukma ketika suatu permasalahan menimpa pada diri kita adalah sangat sulit dilakukan tanpa adanya kekuatan prinsip yang bisa dipegang teguh. Kemampuan untuk mengendalikan sukma melului prinsip Allah yang maha Esa yang seseungguhnya merupakan ‘Kekuatan Prinsip’. Kekuatan prinsip inilah yang selanjutnya akan menentukan tindakan apa yang diambil, jalan yang fitrah atau jalan nonfitrah. Jalan non-fitrah cenderung menyesatkan sedangkan jalan fitrah membimbing ke arah tindakan yang positif. Jalan fitrah adalah suatu tindakan yang dibimbing suara hati.

Oleh karena itu sangatlah penting bagi diri kita untuk selalu membersihkan pikiran dan hati kita sehingga kita bisa memiliki ‘kekuatan prinsip’ tersebut. Untuk membersihkan hati, terlebih dahulu kita patut membersihkan pikiran dari hal-hal yang dapat membelenggu dan membutakan mata hati. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membersihkan noda hitam yang membelenggu diri kita:

  1.  Hindari prasangka buruk upayakanlah berprasangka baik kepada orang lain. Lingkungan dapat   mempengaruhi cara berfikir seseorang. Prasangka negatif ini mengakibatkan orang bersikap   ‘defensif’ dan tertutup karena menganggap orang lain adalah musuh yang berbahaya. Sebaliknya,   orang yang memiliki prinsip, akan lebih mampu melindungi pikiran-pikirannya. Ia akan tetap   berpikir positif dan selalu berprasangka baik kepada orang lain. Ia mendorong dan menciptakan   kondisi lingkungannya untuk Saling percaya, saling mendukung, bersikap terbuka dan kooperatif.

  2. Berprinsiplah selalu kepada Allah SWT. Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadi yang akan   membawa manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki. Berprinsip dan berpegang kepada sesuatu       yang labil niscaya akan menghasilkan sesuatu yang labil pula.

    3.   Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berfikirlah merdeka.            Pengalaman hidup dan kejadian-kejadian yang dialami sangat mempengaruhi pikiran seseorang          sehingga dapat membentuk paradigma yang melekat di dalam pikirannya. Seringkali paradigma          tersebut dijadikan sebagai suatu kaca mata dan tolak ukur bagi dirinya sendiri bahkan untuk menilai    lingkungannya. Ini akan sangat membatasi cakrawala berpikir, dan akibatnya melihat segala sesuatu    secara subyektif, ia akan menilai segalanya berdasarkan frame berpikirnya sendiri bukan melihat         sesuatu secara riil dan objektif.

    4.      Dengar suara hati, peganglah prinsip ‘karena Allah’, berpikirlah jauh ke depan sebelum                      menentukan kepentingan dan prioritas. Jadilah sebagai orang yang mempunyai tujuan hidup yang        jelas sehingga setiap langkah yang diambil adalah pengjawantahan dari visinya. Rencanakan               segala sesuatu secara sistematis dan gunakanlah suara hati untuk menentukan skala prioritas.

    5.       Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari       Asmaul Husna. Dalam mengambil suatu tindakan hendaknya kita tidak hanya melihat dari satu           sisi saja, tetapi semua aspek juga benar-benar harus dipertimbangkan.

    6.       Hindari pengaruh pembanding. Periksa pikiran kita terlebih dahulu sebelum menilai segala                  sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran kita, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.

    7.       Ingatlah bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT.

Setelah proses pembersihan hati dari pikiran negatif yang membelenggu hati kita. Insya Allah hati akan menjadi bersih dan suara hati yang terpancar adalah semburan dari sifat-sifat Allah (Asmaul Husna), dan juga semua tindakan yang dilakukan insyaalla hanya diniatkan semata-mata berniat ikhlas beribadah kepada Allah. Sehingga sangatlah perlu bagi kita untuk menjaga hati tersebut agar selalu tetap bersih, ada beberapa langkah yang bisa diambil yaitu:

1.                   Menjaga indera (pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba)

Kita harus mampu memanfaatkan indera kita untuk mengenal kebesaran Allah dan menyerap ilmunya, bukan dipergunakan untuk hal-hal yang berbau maksiat kepada Allah, karena kesan negatif yang diterima oleh indera kita akan dapat meracuni pikiran dan pada akhirnya dapat membelenggu dan membutakan hati kita.

2.                   Mengingat kebesaran Allah dengan Asmaul Husna

Sesungguhnya Asmaul Husna merupakan sumber dari suara hati manusia, sehingga dengan selalu melafaszkan ataupun mengingat sidat-sifat tersebut kita akan mengenali dan memahami bagian terdalam dari suara hati kita sendiri juga perasaan serta suara hati orang lain.

3.                   Selalu berdzikir kepada Allah

Dengan berdzikir (bertasbih, tahmid, tahlil, dan takbir) atau mengingat kesucian nama Tuhan setiap saat akan terus membantu dan mengendalikan kejernihan hati manusia, maka ia akan mampu melihat suatu permasalahan tanpa disadari latar belakang, interest pembanding dari sudut pandang subyektif, tetapi melihat sesuatu apa adanya bukan menggunakan ‘kacamata’ yang hitam tapi dengan ‘kacamata’ yang jernih.

4.                   Berusaha shalat dengan khusyuk

Shalat merupakan salah satu kunci untuk selalu menjaga kebersihan hati kita. Dari situlah kita saatnya berkomunikasi langsung dengan sang khalik, Allah Yang Maha Agung. Salah satu jalan untuk dapat shalat khusyu’ adalah berusaha untuk memahami arti dari setiap bacaan yang ada dalamnya karena itu merupakan bentuk doa dan penyerahan diri kita kepadanya.

Jadi jelaslah bahwa pembentukan hati dan pikiran yang jernih. Dengan itu seorang pribadi dapat menghadapi berbagai rintangan karena mampu bersikap positif dan akan tanggap terhadap suatu peluang serta mampu menerima pemikiran baru tanpa dipengaruhi dogma yang membelenggu. Merdeka dalam berpikir, dan hasilnya akan tercipta pribadi-pribadi yang kreatif, berwawasan luas, terbuka atau fleksibel, mampu berpikir jernih. Semoga hati kita dijernihkan oleh Allah SWT. Sebening air dari mata air pegunungan sehingga dapat menjadi orang-orang yang mempunyai karakter tersebut.

Tulisan oleh Ustd. Abdurahman Idrus Lasyarie

0 Comments

Posting Komentar