Sekularisme memiliki definisi sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah
institusi atau negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan
tertentu. Sekularisme juga memiliki definisi bahwa setiap aktivitas dan
penentuan manusia, terutama pada hal yang berhubungan dengan politik harus
didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti realitas, bukti konkret dan
fakta, dan menolak agama dan kepercayaan sebagai pengaruh berbagai hal
tersebut. Sekularisme yang mendoktrinkan pemisahan aspek agama dari kehidupan
dan politik untuk dijadikan sebuah pondasi berdirinya negara.
Dalam hal ini seorang pemimpin tidak boleh memihak
satu agama, harus terbuka, dan pengaturan berbagai kepentingan rakyat tidak
berpatokan dengan ideologi yang dibawah agama. Jika dilihat dari sudut pandang
agama, sekularisme memberikan sebuah pengaruh yang buruk dengan menjadikan
individu tidak memiliki rasa peduli dan cenderung meremehkan segala hal yang
berbau agama. Sekularisme membuat masyarakat yang meganutnya selalu menganggap enteng
simbol-simbol agama, bahkan mereka menilai jika ada orang yang religius atau
mengagungkan simbol-simbol agama sebagai orang yang terlalu fanatik bahkan
lebih parah lagi dianggap radikal.
Dampak buruk dari berkembangannya sekularisme
sebagai landasan, dapat membuat paham liberalisme juga semakin berkembang dan
tumbuh subur di masyarakat. Kebebasan lebih disakralkan, dianggap sebuah
ekspresi, dan hak asasi manusia sehingga penghinaan simbol-simbol agama
dianggap benar dan tidak menyalahi aturan. Sekularisme juga dapat mempengaruhi
hal lain seperti toleransi, pluralisme, sinkretisme, dan terkadang perlahan
masuk pada agama tersebut. Pada hal
toleransi, toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati keberagaman
beragam. Namun jika dipahami dengan pengaruh sekularisme maka akan berbeda
artinya, lebih meluas dan keluar batas dari arti toleransi itu sendiri. Seperti
ada agama yang merayakan hari rayanya namun satu kelompok agama lain ikut
bergabung dan merayakannya pula, padahal cukup dengan menghormati dengan tidak
mengusik perayaannya saja maka itu bisa disebut toleransi.
Contoh kedua adalah sekuralisme yang masuk dalam
agama. Pada agama islam ada kewajiban untuk menutup aurat bagi muslimah secara
syariah. Namun ada orang yang menolak menutup aurat meskipun dirinya muslimah.
Mereka selalu beranggapan bahwa yang didahulukan adalah sifat dan perbuatan
dibanding menutup aurat, tidak jarang mereka memandang bahwa muslimah yang
berpakaian syariah adalah bentuk kefanatikan, mengikuti aliran tertentu, dan yang
paling buruk dianggap sebuah kemunafikan padahal mereka yang berpakain syariah
hanyalah menjalankan perintah agama saja tanpa ada alasan lain.
Sekularisme mengharuskan negara benar-benar netral
sepenuhnya. Negara yang sekular kecil kemungkinan melindungi bahkan mustahil
untuk melindungi agama maupun kepercayaan religius lainnya. Ketidakadilan
dirasakan oleh mereka yang beragama. Kerap terjadi diskriminasi dan intimidasi
oleh pemeluk agama. Jika memang ada hukum yang berkewajiban melindungi agama
pada negara sekuler maka itu hanyalah sebuah alat untuk mencegah isu HAM,
konflik, dan anarkisme. Bahkan tidak mungkin ada desakan dari pihak lain yang
lebih kuat pengaruhnya. Jadi tidak benar-benar murni atas nama ketidakadilan.
Simbol-simbol dari kepercayaan atau agama akan
terus mengalami penghinaan dan ketidakadilan jika sekularisme terus berkembang
pesat dan dijalankan sepenuhnya. Sekularisme sering dianggap arogan. Pada
filsafat politik seperti Marxisme mengemukakan bahwa pengaruh agama didalam
kehidupan bermasyarakat, sistem sosial, dan negara adalah sebuah hal negatif
sehingga kebebasan untuk beribadah dihalangi dan dibatasi serta kegiatan
tempat-tempat ibadah seperti masjid, geraja dan tempat ibadah lain diawasi
untuk tidak menimbulkan kecurigaan yang sebenarnya tidak beralasan karena bagi
mereka yang menjalankan kepercayaannya bahwa itu sangat menganggu dan
mengekang. Semua itu dapat kita temukan pada negara RRC, Prancis, Slovakia, AS,
Samoa, Kanada, dan banyak yang lainnya dan rata-rata dari benua Eropa dan
negara-negara Pasifik.
Negara yang tidak sekuler juga tidak menjamin
terbebas dari sekularisme. Sekularisme juga dapat mempengaruhi melalui
pemikiran masyarakatnya. Pengaruh kuat sekularisme bisa berasal dari media
serta edukasi. Hal ini dapat menganggu
stabilitas negara. Secara perlahan-lahan sekularisme masuk pada hukum pada
negara melalui aparatur negara yang membuat hukum tersebut. Secara tidak sadar
sekularisme akan berpengaruh pada sistem bernegara. Untuk menghindari masuknya
sekularisme perlu adanya pengawasan yang intensif berdasarkan dasar negara yang
telah ada. Perlu pengakajian dan mempertimbangkan situasi dan keadaan dalam
membuat sistem dan hukum negara.
Agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
bermasyarakat terutama politik. Setiap agama pasti terdapat aspek-aspek dan
hukum yang juga mengatur politik. Agama adalah sesuatu yang pasti melekat dan
tidak bisa dihilangkan begitu saja. Tanpa agama maka tidak akan ada moral dan
etika dalam berpolitik. Banyak orang sekularisme sering berspekulasi salah
contohnya dalam kehidupan berenegara di Indonesia. Contohnya ada seorang
politikus yang menolak agama dalam politik dengan berkata, “Jangan bawa-bawa
agama dalam politik” sebenarnya hal ini terbalik dengan para politikus saat
menarik dukungan masyarakat (kampanye) mereka selalu berkunjung ke ulama-ulama,
mengadakan pengajian dan sebagainya namun setelah terpilih mereka justru
menolak mencampur adukan agama. Sikap ini bisa dikatakan sebagai pencitraan
kaum sekuler.
Penolakan agama dalam politik sering sekali kita
dengar saat ini di negara kita. Kaum sekuler selalu menolak agama dengan alasan
kehidupan berbhineka. Padahal ideologi kita Bhineka Tunggal Ika, terdapat sila
pertama sebagai simbol kehidupan agama dalam bermasyarakat. Negara-negara yang
menganut sistem agama juga sering dipermasalahkan oleh kaum sekuler seperti
Arab Saudi, Brunei Darusalam, Vatikan, Swedia, dan lainnya. Kaum sekuler
menganggap negara-negara tersebut menyalahi aturan dalam sebuah pemerintahan
bahkan terkadang isu HAM digunakan untuk menyerang kesetabilan negara-negara
tersebut. Berbanding terbalik dengan tuduhan mereka, negara-negara yang
menganut sistem pemerintahan agama selalu terlihat tentram, aman, dan makmur.
0 Comments
Posting Komentar