Di sebuah kota kecil yang penuh dengan kenangan, seorang pria bernama Tyo kembali setelah bertahun-tahun merantau untuk bekerja. Kota ini menyimpan banyak kenangan indah, terutama tentang seorang wanita bernama Vivi, yang pernah menjadi cinta sejatinya di masa lalu.
Cerita kembali ke masa lalu ketika Tyo dan Vivi masih bersama. Mereka adalah pasangan yang serasi, saling mencintai dan mendukung satu sama lain. Namun, karena ambisi dan impian Tyo untuk mengejar karir di kota besar, mereka harus berpisah. Tyo berjanji akan secepatnya kembali, tetapi kenyataan tidak selalu sesuai dengan rencana. Waktu berlalu, dan komunikasi di antara mereka semakin jarang. Tyo sibuk dengan pekerjaannya sehingga mau tidak mau dia harus melepaskan Vivi. Bagi Tyo hubungan jarak jauh itu adalah sebuah hal yang sangat barat. Tidak ada beban yang paling berat di dunia ini selain menahan rindu kepada orang yang dicintai. Tyo sangat berat melepaskannya tapi dia juga tidak mau membebani Vivi dalam hubungan jarak jauh ini.
Kembali ke masa sekarang, Tyo berjalan di jalanan kota yang penuh kenangan. Dia menaiki motor vespa kesayangannya. Di sepanjang perjalanan, Tyo mengingat kembali setiap momen yang ia habiskan bersama Vivi terutama kenangannya saat berboncengan keliling kota saat sore hari bersama motor vespanya itu. Ia merasa nostalgia dan menyadari bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Tyo sebenarnya ingin menemui Vivi tapi dia mendapat kabar dari temannya jika Vivi sudah pindah, dan hilang kontak. Dengan rasa rindu dan penasaran yang masih membelenggunya Tyo memutuskan untuk tidak mencarinya lagi, dia berfikir mungkin Vivi sudah menemukan kehidupan baru yang lebih tenang dan dia tak mau menganggunya.
Suatu hari, pada sore yang cerah di sebuah kafe kecil yang dulu sering mereka kunjungi, Tyo duduk menikmati kopi sambil merenung mendengarkan music di Headphone yang dia bawa. Di balkon lantai dua kafe tersebut adalah tempat favoritnya, karena di tempat tersebut dia bisa menikmati minum kopi dan pemandangan hiruk pikuk kota dibawah sinar senja. Tiba-tiba tanpa diduga, Vivi masuk ke kafe itu dengan senyum yang sama seperti dulu. Tyo terkejut dan begitu pula Vivi.
Vivi datang bersama anak kecil yang ternyata adalah putrinya. Jantung Tyo berdegup kencang, perasaan campur aduk antara bahagia dan sedih menyelimuti hatinya. Vivi lalu menghampiri Tyo setelah memastikan putrinya duduk dengan nyaman.
“Tyo? Apa kabar?” Vivi menyapanya dengan suara lembut.
Tyo tersenyum canggung, “Hai, Vivi. Lama tak berjumpa. Aku baik. Bagaimana denganmu?”
“Aku juga baik. Ini putriku, Namanya Alia,” kata Vivi sambil mengelus kepala anak kecil di sampingnya.
“Senang bertemu denganmu, Alia,” ujar Tyo, sedikit menunduk untuk menyapa gadis kecil itu.
Percakapan mereka dipenuhi dengan kehangatan dan nostalgia. Mereka berbicara tentang masa lalu, kenangan indah, dan bagaimana proses hidup mereka berubah.
“Kau masih ingat kafe ini, kan?” tanya Tyo, matanya berkilau mengenang masa lalu.
“Ya, tentu saja. Banyak kenangan indah di sini,” jawab Vivi sambil tersenyum.
“Kau ingat saat kita berdua berdebat tentang siapa yang membuat kopi terbaik?”
Tyo tertawa pelan, “Bagaimana mungkin aku lupa? Kau selalu menang.”
Mereka melanjutkan percakapan, menceritakan tentang kehidupan masing-masing dengan sangat hangat dan akrab seperti dulu. Vivi menceritakan tentang keluarganya yang bahagia, Vivi menceritakan jika dia pindah ke wilayah yang lumayan jauh setelah menikah mengikuti suaminya. Kebetulan hari ini Suaminya ditugaskan ke kota ini, sehingga Vivi juga ingin sedikit bernostalgia mengenang kembali kehidupannya di masa lali. Itu sebabnya ia menghabiskan sore di kafe bersama Alia, mencari sedikit waktu santai sambil menunggu suaminya pulang. Sama seperti yang dilakukan Tyo saat itu.
“Meskipun banyak yang berubah, aku senang melihatmu bahagia, Vi..!” kata Tyo dengan tulus.
“Terima kasih, Tyo. Aku juga senang melihatmu kembali. Hidup memang penuh kejutan, ya,”
jawab Vivi, dengan tatapan mata yang dalam.
Dalam percakapan itu, Tyo menyadari bahwa ia telah mengidealkan masa lalu mereka, mengingat hanya kenangan indah dan melupakan alasan mereka berpisah. Tyo didalam hatinya meskipun ada perasaan sayang dia menegaskan dalam dirinya sendiri bahwa puncak dari mencintai adalah mengikhlaskan orang yang kita sayangi bersama orang lain, karena cinta yang paling tulus adalah mengikhlaskan. Membiarkan orang yang kita cintai menemukan kebahagiaannya sendiri walaupun kebahagiaannya itu bukan berasal dari kita.
Hari sudah semakin gelap, Vivi pamit kepada Tyo untuk pulang karena mau menunggu dan menyambut suaminya pulang. Sebenarnya Tyo ingin mengobrol lebih banyak lagi tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Vivi sudah memiliki tanggungjawab lain yang harus dia lakukan bersama keluarga barunya. Setelah pertemuan itu, Tyo merenung dan menyadari bahwa semuanya telah berubah, angan-angannya tentang masa depan kini sudah berubah dan tidak sesuai dengan keinginannya. Meskipun ia merasa sedih kehilangan Vivi, ia juga merasa lega karena akhirnya ia bisa menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya dengan lebih baik.
Tyo memutuskan untuk tetap tinggal di kota kecil itu, mencari pekerjaan baru dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dan membangun masa depan baru tanpa terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Biarlah kenangan tetap hidup dan tidak padam, dia membiarkannya bukan karena masih mencintai orang yang dia sayang di masa lalu tapi dia ingin menjadikan itu sebuah cerita indah layaknya sebuah novel yang sering dia baca. Kisah itu memang indah tapi biarkanlah itu tetap menjadi sebuah kisah yang cukup dinikmati sebagai pelajaran proses untuk menjadi lebih baik lagi.
"Bagian terberat dalam hidup adalah
dipaksa merelakan saat hati masih ingin menetap"
- SELESAI -
By Heru AP
0 Comments
Posting Komentar