Banyak orang didunia ini mengejar ambisinya dalam hal duniawi atau kepuasan batin yang sebenarnya bersifat sementara. Mengejar sesuatu yang datangnya dari rasa iri terhadap takdir orang lain. Menaruh standar hidup dari orang lain, tapi lupa bahwa jalan hidup setiap orang itu berbeda, dalam arti kebahagiaan setiap orang itu berasal dari sudut pandang dan perspektif masing-masing. Contohnya ada orang yang tidak memiliki kekayaan tapi bisa bahagia dengan hal yang sederhana yaitu memiliki orang-orang yang tersayang seperti keluarga.
Begitupun sebaliknya ada orang yang kebahagiaannya tercapai ketika bisa memiliki barang yang dia sukai seperti kendaraan dan sebagainya. Ketika orang membandingkan standar kebahagiaannya terhadap orang lain itu sangatlah salah. Kebahagiaan bisa dicari sendiri tanpa melihat orang lain.
Arti Kebahagiaan
Kebahagiaan itu sebenarnya tidak terdefiniskan secara harfiah dan hanya bisa dirasakan ketika kita merasakan suatu keadaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Kecukupan dan Kepuasan dalam sebuah kebahagiaan bukan berarti diukur dengan materi. Tapi kecukupan adalah sebuah pencapaian dalam hidup yang membuatmu bahagia karena proses perjuangan yang kamu lalui contohnya saat kamu berhasil mencapai jenjang pendidikan yang kamu impikan sejak lama agar pendidikan yang kamu peroleh bisa bermanfaat bagi orang lain disekitarmu.
Cinta dan Kenikmatan dalam Kebahagiaan juga tidak harus diukur dengan materi yang berasal dari standar hidup orang lain. Cinta adalah ketika kita bisa memiliki sesuatu yang membuat kita nyaman, ingin melindungi dan mempertahankan. Kita dikelilingi oleh seseorang, keluarga, dan sahabat yang membuat kita merasa nyaman dan menganggap bahwa mereka adalah tempat kita untuk pulang adalah definisi dari kebahagiaan sebenarnya.
Kenikmatan dalam sebuah kebahagiaan adalah perasaan bersyukur atas apa yang kita miliki, sekecil apapun itu. Kenikmatan hakiki adalah perasaan bahagia yang kita miliki selamanya seperti mencintai dan dicintai oleh orang-orang terkasih. Contohnya kita makan makanan sederhana tapi bersama orang-orang yang kita cintai itu lebih nikmat daripada makan makanan yang enak dan mahal tapi kesepian, sendiri tanpa ada canda tawa dan keharmonisan.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Penyebab Sulit Menemukan Kebahagiaan
Orang selalu membandingkan hidupnya dengan orang lain, mereka tidak akan pernah merasa bahagia atas dirinya sendiri. Standar hidup orang lain menjadi indikator atau acuan untuk dirinya sendiri. Sulit untuk merasakan perasaan puas dengan kehidupan sehari-hari ketika terus-menerus melihatnya melalui lensa pengalaman dari orang lain. Membandingkan adalah penyakit dalam sebuah kebahagiaan itu sendiri.
Berambisi terhadap sesuatu karena ingin menjadi orang lain. Esensi kebahagiaan berasal dari perasaanmu sendiri. Rasa tidak puas yang berlebihan, iri, dengki, dan berekspetasi terlalu tinggi akan menghancurkan kebahagiaan yang kita impikan yang kita cari sebelumnya. Mungkin kita akan menemukan kebahagiaan itu tapi ingatlah! itu hanya bersifat sementara yang tidak hakiki.
Kebahagiaan tidak selalu datang dari apa yang kita kejar. Kebahagiaan bisa datang sendiri ketika kita bisa merasakannya bahkan jika itu sebesar batu krikil sekalipun. Bahagia itu bersifat subjektif, tidak dapat diungkapkan dan tidak terdefinisikan secara lisan apalagi jika indikatornya berasal dari orang lain. Belajarlah melihat sesuatu dengan hati dan kepekaan kita sendiri. Jangan membebani diri kita sendiri dengan jalan hidup orang lain, karena dalam prosesnya pun mungkin orang itu telah melalui jalan yang terjal yang mungkin takkan mampu kita lalui.
"Jika engkau membebani hati
dengan ambisi-ambisi dunia serta dengan segala beban beratnya dan engkau
melalaikan tujuan yang sebenarnya (kita diciptakan) yang menjadi dasar kekuatan
dan kehidupan. Maka engkau ibarat musafir yang membebani hewan tunganggannya
melebihi kemampuannya dan tidak memberinya makan, maka alangkah cepatnya hewan
itu terjatuh."
(Al-Fawaid, hal 76)
Dari Tulisan ini semoga kita bisa mengerti dari esensi kebahagiaan yang hakiki. Tetap bersyukur atas apa yang kita miliki. Teruslah menjadi pribadi yang positif dengan senyuman tulus dari hati. Terimakasih telah membaca tulisan ini.
0 Comments
Posting Komentar