Cerita rakyat “watu Tokol” bertempat di satu kampung yang ada di colol kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni kampung Wuas. Mungkin belum banyak yang mengetahui tentang Cerita Rakyat Watu Tokol ini karena minimnya sumber informasi. lewat beberapa teman saya yang kebetulan anak rantauan dari NTT yang menempuh pendidikan di Surabaya, berikut saya uraikan sedikit tentang Cerita Rakyat "Watu Tokol"
Manga ata one ca beo susung ngo emi api acu. Beo hitu ngasangn beo Leda. Ata hitu kudu wo api landing
temanga pemantik. Mai hia susung acu kudu ngo emi api one mbaru data cecupu
mai. Cai
cee ba agu apin acu hitu peang main. Pongo one ikon lata nggara mbaru. Akir
koing ket liha acu hitu te ba agu apin. Woko ita lise acu hitu ba agu apin akir tawa lise. Ele tawa
hitu cain using mese. Lebon
beo leda htu, akirn ise losi. Ata ngger ceen wa main ba agu potang manuk agu
lencer. One salang ise ga
lelo
kole musi. Ele
lelo kole musi hitu ise ga ciring watus
gi.
Terjemahan
Di sebuah kampung ada orang yang menyuruh anjing untuk
ambil api. Kampung itu bernama kampung Leda. Orang itu mau menyalakan api namun
korek api di rumahnya tidak ada. Akhirnya dia menyuruh anjing untuk mengambil
api di tetangganya. Ketika sudah sampai di rumah, si anjing bawa dengan api
(kayu bakar yang disalah satu ujungnya ada api). Si pemilik rumah mengingkat
api (kayu bakar yang disalah satu ujungnya ada api) di ekor si anjing. Mereka hanya panggil anjing
tersebut dari dalam rumah. Saat mereka melihat anjing tersebut, mereka pun
tertawa. Akibat setelah mereka tertawa anjing tersebut hujan lebat pun datang
saat itu juga. Saat hujan lebat datang kampung itu pun langsung terjadi banjir.
Ada yang mengungsi ke kampung sebelah, ada yang membawa sangkar ayam dan nyiru.
Saat mereka dalam perjalanan, mereka menoleh ke belakang dan akhirnya mereka
menjadi batu. Batu-batu tersebut berbentuk manusia yang sedang memegang sangkar
ayam dan nyiru.
Nilai
yang terkandung dalam cerita rakyat ini adalah:
Nilai yang terkandung pada cerita ini adalah bahwa setiap
orang di dunia tidak berhak semena-mena untuk memerintah, menyuruh atau melakukan segala sesuatu yang bukan kehendak makhluk lain, karena
kemampuan setiap makhluk hidup itu berbeda-beda tidak dapat di samaratakan
begitu saja. Setiap kemampuan baik manusia maupun makhluk lain itu berbeda-beda
sesuai dengan kodrat dan kemampuannya masing-masing. Dalam cerita ini manusia
menyetarakan anjing seolah-olah sama seperti manusia dan menganggap anjing
sanggup mengambil api di rumah tetangga. Dengan adanya cerita ini muncul mitos yang
sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar.
Penjelasan makna dari Cerita Rakyat Watu
Tokol adalah jangan menertawakan anjing. Jika ada orang yang menertawakan
anjing maka pada daerah tersebut akan terjadi hujan badai. Badai yang terjadi
akibat karma menertawakan anjing tersebut menyebabkan ketakutan dan kerugian
bagi masyarakat sekitar. Dampaknya berakibat pada kondisi ekonomi, dan
trauma yang sangat besar. Selain kerugian ekonomi dan traumatik, hal ini juga
berdampak pada kondisi geografis daerah tersebut seperti tanah longsor, dan
banjir bandang. Perbuatan dari beberapa orang tersebut yang menyiksa
Anjing akibatnya berdampak pada seluruh penduduk desa yang ikut merasakan karma
yang seharusnya tidak mereka rasakan.
Pada
cerita Watu Tokol latar belakang tempat kejadiannya terdapat di wilayah kampung
Leda. Kampung Leda terletak di kaki bukit, yang merupakan daerah perkebunan
kopi yang menjadi komuditas utama warga sekitar. Pada daerah tersebut terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi terciptanya cerita Watu Colol, seperti banyak
ditemukannya bebatuan dan pepohonan atau kayu yang menjadi unsur yang terdapat
pada cerita mitos tersebut. Sebagaimana yang terdapat dalam cerita rakyat Watu
Tokol, sehari-hari masyarakat masih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

0 Comments
Posting Komentar