Minggu, 13 April 2025

Pergi dan Hargai Diri Sendiri

 


            Aku tidak akan menjauhi seseorang, kecuali dia memberikan tanda ingin dijauhi. Meski begitu, aku akan menerima kenyataan dengan hati yang berat, namun penuh keikhlasan. Kadang, kita harus merelakan seseorang pergi dari lingkaran hidup kita bukan karena kita tidak peduli, tapi karena kita ingin memberikan kebebasan yang mungkin dia butuhkan.

            Ada rasa kehilangan yang menyelimuti, seperti helai daun yang akhirnya jatuh dari rantingnya. Namun, aku percaya bahwa dalam setiap perpisahan, ada pelajaran yang tersimpan; tentang menerima, menghargai, dan melepaskan dengan lapang dada. Karena sejatinya, perpisahan bukan akhir—ia adalah awal dari ruang baru untuk tumbuh, baik bagi diri sendiri maupun bagi mereka yang kita relakan.

            Dan mari mengundurkan diri dari hubungan yang membuat kita merasa tidak dihargai, karena bertahan dengan seseorang yang tidak melihat nilai kita hanya akan mengikis rasa cinta pada diri sendiri. Mengundurkan diri bukan berarti berhenti mencintai, melainkan belajar untuk mencintai dengan cara yang lebih sehat—dimulai dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.

            Seperti bunga yang memutuskan untuk tidak lagi tumbuh di tanah yang tandus, kita juga berhak mencari cinta yang memberikan ruang untuk tumbuh dan berbagi kebahagiaan. Meski hati terasa berat untuk melepaskan, aku percaya bahwa setiap perpisahan membawa kita lebih dekat kepada seseorang yang benar-benar layak menerima cinta yang tulus. Hidup adalah tentang menemukan, merawat, dan saling menghargai cinta dengan orang yang tepat.

            Aku memungut dan memperbaiki gelas yang hancur, dengan harapan ia dapat kembali seperti semula. Namun sialnya, pecahan gelas itu malah melukaiku, menggores tangan dan meninggalkan rasa perih. Seperti halnya cinta yang kuupayakan dengan sepenuh hati, kadang kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapan.

            Tapi dari luka ini, aku belajar sesuatu—bahwa tidak semua yang hancur dapat diperbaiki, dan tidak semua yang kita pertahankan layak untuk diselamatkan. Ada kalanya kita harus berani meletakkan pecahan itu dan membiarkannya tetap sebagai bagian dari kenangan, karena terus mencoba memperbaikinya hanya akan melukai diri sendiri lebih dalam.

            Jika dia memilih untuk tidak peduli, maka aku juga harus belajar untuk tidak mencari—karena terus mencari hanya akan membuatku tenggelam dalam rasa kehilangan yang tak berujung. Barangkali cinta yang sejati bukanlah tentang mencari seseorang yang tidak lagi ingin ditemukan, melainkan tentang menerima bahwa kebahagiaan tidak selalu berada di tempat yang kita pikirkan.

            Aku akan belajar untuk melepaskan, bukan karena aku menyerah, tetapi karena aku tahu bahwa aku juga berhak mendapatkan cinta yang datang dengan rasa saling peduli, bukan sekadar harapan yang tak pernah terjawab. Karena pada akhirnya, setiap langkah menjauh adalah cara untuk menemukan diri sendiri, menemukan kedamaian yang mungkin telah lama aku abaikan.

0 Comments

Posting Komentar