Villa Merah
Di sebuah hutan yang jauh dari pemukiman, terdapat sebuah villa tua yang dikenal dengan nama Villa Merah. Villa ini menyimpan kisah kelam tentang tragedi pembunuhan satu keluarga yang jasadnya tidak pernah ditemukan. Villa tersebut sebelumnya terbengkalai selama bertahun-tahun, namun akhirnya direnovasi kembali untuk disewakan kepada wisatawan yang ingin menikmati suasana pegunungan yang indah.
Meski begitu, warga sekitar tidak pernah berani mendekat ke Villa Merah. Setiap kali ada wisatawan yang berencana menginap di sana, mereka selalu ingin memperingatkan bahaya yang mengintai di Villa tersebut. Namun, setiap kali mereka mencoba mendekat, mereka selalu diganggu oleh sosok misterius dan mengalami berbagai kesialan. Akibatnya, mereka lebih memilih diam dan membiarkan takdir berbicara. Banyak kejadian yang menimpa penghuni Villa tersebut seperti penghuni yang tiba-tiba sakit, kecelakaan, kerasukan, dan yang paling sering terjadi adalah penyewa menghilang secara misterius. Walaupun sering terjadi hilangnya penghuni yang misterius, pengelola menyangka jika mereka yang menghilang mungkin sudah pulang atau tersesat di Hutan. Sehingga tidak ada kecurigaan, dan tetap menyewakan Villa tersebut walaupun sudah banyak korban.
Suatu hari ada lima sahabat yaitu Ardi, Tony, Evi, Dewi, dan Yudi memutuskan untuk berlibur untuk merayakan liburan natal dan tahun baru selama seminggu di Villa Merah tersebut tanpa mengetahui kengerian yang menanti mereka. Mereka memilih Villa tersebut karena dinilai harganya sangat murah disbanding tempat penginapan yang lain, pemandangannya yang indah, dan fasilitasnya yang bagus. Hari pertama di Villa Merah, mereka merasa sangat senang. Udara pegunungan yang segar dan pemandangan yang indah membuat mereka lupa sejenak dari rutinitas sehari-hari.
"Ini tempat yang sempurna untuk liburan," kata Tony sambil memandang sekeliling villa.
"Kita bisa menikmati pemandangan dan bersantai tanpa gangguan."
Mereka menghabiskan hari pertama dengan bersenang-senang. Bermain kartu di teras, menikmati makan malam bersama, pesta barbekyu di halaman Villa dan mengobrol hingga larut malam. Tidak ada tanda-tanda keanehan atau gangguan. Suasana sangat tenang dan damai.
"Kalian harus coba duduk di teras malam-malam, bintangnya kelihatan jelas banget," ujar Yudi sambil mengunyah makanan ringan.
Evi tertawa dan menambahkan, "Benar banget! Rasanya seperti kita jauh dari segala keributan kota."
Yudi menyahut lagi “Ya sepertinya kita tidak salah pilih tempat, tapi kenapa ya Villa sebagus ini harganya sangat murah!”
Tony lalu merespon pertanyaan Yudi
“Sudahlah, mungkin kita beruntung saja. Sekarang kita nikmati liburan kita dengan santai. Jangan terlalu banyak berpikir, yakan?”
Hari pun berganti, di hari kedua mereka kembali bersenang-senang dengan melakukan olahraga di outdoor. Kebetulan di belakang Villa ada lapangan badminton dan kolam renang kecil. Evi dan Dewi bermain Badminton, sementara Ardi, Yudi, dan Tony lebih memilih untuk bermain di kolam renang. Tanpa terasa hari sudah gelap mereka akhirnya beristirahat dan masuk ke Villa. Malam itu, Evi memutuskan untuk mandi setelah seharian melakukan aktivitas outdoor. Saat ingin mandi, Evi merasa ada yang mengintipnya dari balik tirai kamar mandi. Ia berpikir itu adalah ulah Yudi yang memang memiliki sifat usil dan paling nakal diantara semuanya.
"Yudi, berhenti usil deh!" seru Evi sambil menarik tirai kamar mandi. Namun, betapa kagetnya Evi ketika yang ia lihat ternyata bukanlah Yudi, melainkan sosok wanita berambut panjang dengan wajah pucat. Mata wanita itu menatap tajam ke arah Evi.
Evi terkejut dan mundur beberapa langkah.
"Siapa kamu? Apa yang kamu mau?" tanyanya dengan suara gemetar.
Wanita itu tidak menjawab, hanya mendekat dengan langkah perlahan-lahan. Tangan dinginnya mulai mencengkeram lengan Evi dengan kuat.
"Tolong! Tolong aku!" teriak Evi, Wanita itu menarik Evi ke dalam kegelapan, dan tiba-tiba lampu villa mati. Suara teriakan Evi terdengar dari kamar mandi, membuat semua orang terkejut. Semua orang lalu bergegas menuju kamar mandi tempat Evi berada. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Evi berteriak sekencang itu.
"Apaan tuh? Itu suara Evi!" seru Tony panik.
Ketika mereka sampai di sana, mereka menemukan kamar mandi kosong. Evi menghilang tanpa jejak.
"Kemana Evi? Dia tadi di sini!" kata Dewi dengan suara gemetar.
"Kita harus cari dia. Ini nggak beres," ujar Ardi dengan tekad.
Semalaman mereka mencari Evi di dalam maupun diluar sekeliling Villa, namun tidak membuahkan hasil. Hari sudah larut malam, semua sudah kelelahan lalu mereka memutuskan istirahat dan melanjutkan pencarian mereka di esok hari. Di tengah malam, Dewi tidak bisa tidur karena merasa lapar. Kejadian mala ini membuatnya tidak sempat makan malam lalu dia memutuskan pergi untuk mencari makan di dapur. Saat di dapur, ia melihat Tony yang sedang berdiri di depan kulkas.
"Tony, kamu ngapain di sini tengah malam? Kamu juga lapar?" sapa Dewi.
Namun, Tony hanya diam. Dewi merasa ada yang aneh dan memutuskan untuk mendekat.
"Tony, kamu kenapa?" tanya Dewi sambil memegang bahu Tony.
Seketika, Tony menoleh. Ternyata itu bukan Tony, melainkan sosok menyeramkan yang mirip Tony dengan mata yang kosong, kulit pucat penuh darah. Dewi terkejut dan tidak sempat berteriak. Sosok itu mencengkeram leher Dewi dengan kuat. Dewi langsung tak sadarkan diri dan jatuh ke lantai. Tubuhnya lalu diseret ke lorong yang gelap dan menghilang dibalik gelapnya ruangan tersebut.
Esoknya Ardi, Tony dan Yudi sadar, jika Dewi juga menghilang. Dia tidak ada dikamarnya saat Yudi ingin membangunkannya. Mereka bertiga semakin panik. Ardi menyarankan untuk meminta bantuan warga sekitar atau polisi. Saat mereka ingin menghubungi Polisi, ternyata HP mereka tidak memiliki sinyal yang kuat. Pilihan satu satunya adalah turun dan meminta bantuan warga setempat tapi mendadak diluar hujan angin yang cukup lebat, sehingga mereka pun mengurungkan niatnya. Mereka bertiga terjebak di Villa tersebut seharian hingga malam, mereka pasrah dan berharap hujan berhenti agar mereka bisa meminta bantuan untuk mencari Dewi dan Evi yang menghilang.
Malam sudah larut, namun hujan badai tak kunjung berhenti, mereka bertiga memutuskan untuk istirahat dan tidur berharap besok situasi menjadi terkendali. Pada malam itu semua tidur di kamarnya masing-masing, saat beristirahat di kamar Yudi merasa ada yang mengawasinya. Ia mendengar suara langkah kaki di luar kamarnya dan memutuskan untuk memeriksanya.
"Siapa di sana?" tanya Yudi dengan suara gemetar.
Tidak ada jawaban, hanya suara angin yang berhembus kencang dan suara tetesan air yang bocor dari langit-langit ruangan. Ia melangkah keluar dari kamarnya dan melihat bayangan hitam melintas sekejap di ujung lorong.
"Tony, Ardi, kalian di sana?" panggil Yudi, tetapi tidak ada jawaban.
Ia mengikuti bayangan itu hingga ke ruang tamu. Tiba-tiba, lampu padam dan ruangan menjadi gelap gulita. Yudi merasakan kehadiran yang menakutkan di sekitarnya.
"Siapa pun kamu, tunjukkan dirimu!" teriak Yudi dengan suara gemetar.
Tiba-tiba, ia merasakan tangan dingin mencengkeram bahunya dan menariknya ke belakang. Yudi berusaha melawan, tetapi kekuatannya seakan hilang. Ia ditarik ke dalam kegelapan, dan suara bisikan mengerikan terdengar di telinganya, "Kau milikku sekarang..."
Yudi pun berteriak “Ah! Semuanya tolong aku…!!”
Mendengar suara Yudi, Ardi dan Tony keluar dari kamarnya masing-masing. Mereka menuju ruang tamu tempat suara Yudi berasal, saat mereka sampai ternyata tidak ada Yudi disana. Lalu terdengar suara orang tertawa lalu suara itu perlahan menghilang menyatu dengan suara Guntur yang bergemuruh di tengah hujan.
Toni dan Ardi semakin panic, satu persatu teman-temannya hilang secara misterius.
"Kita harus keluar dari sini sebelum semuanya hilang!" desak Tony.
Tanpa piker panjang mereka mencoba kabur walaupun hujan masih lebat. Namun, saat mereka mencoba membuka pintu, semua pintu mendadak terkunci. Mereka berusaha memecahkan kaca jendela, tetapi kaca jendela seolah terbuat dari bahan yang keras yang tak mudah dipecahkan.
"Tony, ini aneh banget. Kacanya nggak bisa dipecahin," ujar Ardi dengan nada putus asa.
"Kita terjebak di sini. Kita harus cari cara lain," balas Tony dengan tegang.
"Kita tidak bisa pergi, mungkin kita harus melakukan sesuatu agar kita bisa keluar dari sini”. jawab Ardi dengan tekad.
“banyak hal aneh diluar nalar yang terjadi, mungkin ada sesuatu dan penyebab kenapa semua ini terjadi” tambah Ardi.
Lalu mereka berusaha mencari petunjuk tentang apa yang terjadi di villa tersebut. Mereka ingat ada sebuah ruangan yang belum mereka jelajahi sebelumnya yaitu ruangan gudang yang letaknya di bawah tanah. Mereka berdua pun akhirnya menuju ke ruangan tersebut. Di ruang bawah tanah itu, mereka menemukan buku harian milik keluarga yang pernah tinggal di sana. Karena penerangan ruangan kurang, mereka kesulitan membaca. Ardi dan Tony akhirnya membawa buku harian tersebut ke ruangan lain yang lebih terang. Mereka akhirnya sampai diruang tamu dan membaca buku tersebut, lalu tiba-tiba listrik kembali padam, karena tiang listrik di depan Villa tersebut roboh karena ada pohon yang tumbang mengenainya. Akhirnya mau tidak mau mereka harus menunggu pagi hari agar dapat penerangan untuk bisa membaca buku tersebut.
Ardi dan Tony tidur di ruang tamu, mereka enggan kembali ke kamar dan tidur terpisah karena takut ada gangguan dari sosok misterius yang menghantui mereka sebelumnya. Saat keduanya terlelap tiba-tiba Tony terbangun, malam itu Tony mendengar suara bisikan yang memanggil namanya. "Tony... Tony... datanglah ke sini..." Ia mengikuti suara itu hingga ke kamar yang terkunci. Pintu terbuka dengan sendirinya, dan Tony masuk ke dalam. Sama seperti yang lainnya Tony pun menghilang dalam senyap.
Keesokan paginya, Ardi bangun tapi dia tidak bersama Tony. Ardi bingung karena sebelumnya Ardi tidur disampingnya. Dia memanggil Tony dan mencarinya di semua sudut ruangan Villa. Namun tidak ada hasil, Ardi curiga bahwa Tony juga dibawa oleh makhluk misterius tersebut. Kini, Ardi sendirian. Ia tahu bahwa ia harus memecahkan misteri Villa Merah untuk bisa keluar dengan selamat. Ardi lalu membaca buku harian yang dia temukan sebelumnya. Dari buku tersebut ia menemukan bahwa sebelumnya ada kejadian yang sama. Dulu ada keluarga yang juga menginap disini namun keluarga itu mengalami peristiwa yang mengerikan. Satu persatu mereka menghilang, dan bahkan ada yang saat ditemukan hanya tinggal jasad.
Keluarga tersebut dibunuh oleh roh jahat yang terperangkap di villa ini. di bagian halaman buku lain, si penulis berhasil menyelidiki peristiwa ini dan ternyata Roh misterius itu dulunya adalah seorang penyihir yang mempelajari ilmu sesat. Namun, ilmu yang ia pelajari justru membuatnya terbunuh dan jiwanya terjebak di villa tersebut. Tujuan roh jahat itu adalah menculik dan membunuh penghuni villa untuk memakan energi mereka agar ia bisa menjadi lebih kuat, dan leluasa mencari korban lain bukan Cuma penghuni Villa tapi warga yang berada di dekat Villa tersebut.
Saat membaca buku harian itu, Ardi menemukan petunjuk lain tentang sebuah buku lain yang disembunyikan di balik rak buku di ruang bawah tanah. Buku itu adalah kunci untuk mengakhiri kutukan ini. Cara untuk mengakhiri kutukan di buku ini adalah membakarnya. Dengan hati-hati, Ardi mencari dan akhirnya menemukan buku tersebut. Buku itu berisi mantra sihir yang berbahaya dan diikat dengan kulit tua yang mengerikan.
"Aku harus melakukannya. Ini satu-satunya cara," gumam Ardi dengan tekad yang kuat.
Ardi mengambil buku sihir itu dan membawanya ke ruang tengah villa. Ia menyalakan api dan membakar buku itu di ruang tengah. Teriakan mengerikan terdengar dari dalam villa, dan api membesar, melahap seluruh bangunan. Semua pintu yang sebelumnya terkunci tiba-tiba terbuka, memberi Ardi kesempatan untuk keluar menyelamatkan diri. Ia berlari menjauh, meninggalkan Villa Merah yang terbakar habis. Roh jahat itu terikat dengan buku sihir tersebut, roh itu pun menampakan wujudnya. Dia terbakar dan menghilang termakan api yang menyelimutinya.
Ardi berhasil keluar dengan selamat. Ia berjalan menuju pemukiman terdekat untuk meminta pertolongan warga. Namun, di tengah perjalanan, Ardi pingsan karena kelelahan dan trauma. Esok harinya, warga menemukan Ardi dan membawanya ke rumah sakit. Setelah sadar, Ardi menceritakan kejadian mengerikan itu kepada pihak yang berwenang, menjelaskan bahwa teman-temannya telah hilang diculik roh jahat di villa tersebut. Namun, tidak ada yang percaya. Pihak berwenang menyangka bahwa itu kecelakaan yang menyebabkan kebakaran biasa yang memakan korban keempat temannya.
Pihak berwenang menjelaskan kepada Ardi jika mereka menemukan 4 tubuh dari satu ruangan di sebuah ruang bawah tanah. Diduga itu adalah teman-teman Ardi yang gagal menyelamatkan diri. Ardi semakin syok, dan tak bisa berkata-kata lagi. Dengan perasaan duka yang mendalam, Ardi akhirnya mengikhlaskan apa yang telah terjadi. Dia mendoakan teman-temannya agar bisa beristirahat dengan tenang.
- SELESAI -
By Heru AP
0 Comments
Posting Komentar