Jumat, 05 Juni 2015

Filosofi Bulan





Bulan seolah-olah melambangkan gejolak jiwa atau sifat kita yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu yang kita lalui. Kadang-kadang bersinar terang seperti bulan purnama hingga ada saatnya bulan meredup karena gerhana. Begitu halnya kita yang suatu saat mengalami suatu hal yang membuat kita tertawa, tersenyum, dan semua hal yang membuat kita bahagia namun ada waktunya juga kita mengalami fase yang menyedihkan, amarah, hal yang membuat kita jatuh dan sulit untuk bangkit kembali dan segala hal yang buruk pada diri kita seperti Gerhana Bulan. Mustahil jika kita terus hidup  bahagia pasti ada saatnya kita bersedih begitu juga bulan yang tak mungkin bersinar terang (Purnama), ada saatnya bulan juga meredup. Janganlah takut pada masalah dan janganlah menghindar dari masalah itu karena setiap orang mau tidak mau pasti berhadapan dengan hal itu.

Bulan tidak bisa bersinar menerangi bumi yang dalam kegelapan jika tanpa pantulan sinar dari matahari. Begitu pula kita yang takkan pernah bisa hidup dan bahagia jika tanpa orang lain yang senantiasa membantu dan hadir dalam kehidupan kita saat ini. Maka dari itu janganlah egois dan berusaha hidup sendiri tanpa orang lain atau individual karena kita adalah manusia yang hidup bersosial. Bayangkan jika kita hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain, pasti kita takkan mampu untuk hal itu.

Bersinarlah digelapnya malam seperti bulan meskipun hanya sebentar. Bersinarlah bersama bintang-bintang yang indah di langit. Sinarilah malam-malam yang panjang ini dan terangilah hati manusia yang dalam kegelapan itu meskipun engkau takkan bisa terus bersinar. Terangilah hingga fajar muncul di ufuk timur bumi ini.


By Heru Adi Prasetyo

1 Comments: