Bulan seolah-olah melambangkan gejolak jiwa atau sifat
kita yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu yang kita lalui. Kadang-kadang
bersinar terang seperti bulan purnama hingga ada saatnya bulan meredup karena
gerhana. Begitu halnya kita yang suatu saat mengalami suatu hal yang membuat
kita tertawa, tersenyum, dan semua hal yang membuat kita bahagia namun ada
waktunya juga kita mengalami fase yang menyedihkan, amarah, hal yang membuat
kita jatuh dan sulit untuk bangkit kembali dan segala hal yang buruk pada diri
kita seperti Gerhana Bulan. Mustahil jika kita terus hidup bahagia pasti ada saatnya kita bersedih
begitu juga bulan yang tak mungkin bersinar terang (Purnama), ada saatnya bulan
juga meredup. Janganlah takut pada masalah dan janganlah menghindar dari
masalah itu karena setiap orang mau tidak mau pasti berhadapan dengan hal itu.
Bulan tidak bisa bersinar menerangi bumi yang dalam
kegelapan jika tanpa pantulan sinar dari matahari. Begitu pula kita yang takkan
pernah bisa hidup dan bahagia jika tanpa orang lain yang senantiasa membantu
dan hadir dalam kehidupan kita saat ini. Maka dari itu janganlah egois dan
berusaha hidup sendiri tanpa orang lain atau individual karena kita adalah
manusia yang hidup bersosial. Bayangkan jika kita hidup sendiri tanpa kehadiran
orang lain, pasti kita takkan mampu untuk hal itu.
Bersinarlah digelapnya malam seperti bulan meskipun hanya
sebentar. Bersinarlah bersama bintang-bintang yang indah di langit. Sinarilah
malam-malam yang panjang ini dan terangilah hati manusia yang dalam kegelapan
itu meskipun engkau takkan bisa terus bersinar. Terangilah hingga fajar muncul
di ufuk timur bumi ini.
By Heru Adi Prasetyo
Ψ§ΩΨ΄Ψ§Ψ‘Ψ§ΩΩΩ
BalasHapus